Kamis, 05 Januari 2017

Ilmu Pengetahuan - Keutamaan Mengajar

Ayat-ayat yang bersangkutan dengan keutamaan mengajar itu ialah firman Allah ’azza wa jalla:

"Hendaklah mereka itu memberi peringatan kepada kaumnya (setelah belajar ilmu keagamaan), yakni diwaktu mereka telah kembali ke tempat kaumnya tadi. Barangkali kaumnya itu menjadi hati-hati karenanya".
(Q.S. Taubah 122).

Yang dimaksud dengan memberi peringatan dalam ayat diatas itu ialah memberikan pelajaran dan petunjuk ke jalan yang baik.

Allah Ta’ala berfirman pula:

"Dan diwaktu Allah telah mengambil janji orang-orang yang diberi kitab suci, yaitu: "Haruslah kamu semua menerang-nerangkan itu kepada seluruh manusia dan jangan kamu menyimpan-nyimpan isinya".
(Q.S. Al 'Imran 187).

Ayat diatas menjelaskan dengan seterang-terangnya akan kewajiban mangajar atau memberi pelajaran.

Lagi firmannya:

"Ada sebagian golongan dari mereka yang menyembunyikan kebenaran, padahal mereka itu mengetahui".
(Q.S. Baqarah 146).

Ayat diatas adalah kebalikan yang sebelumnya yakni haramnya menyembunyikan ilmu pengetahuan atau enggan mengajarkannya.

Sebagaimana juga Allah Ta’ala berfirman dalam hal kesaksian:

"Barangsiapa yang menyembunyikan penyaksian itu, maka berdosalah hatinya".
(Q.S. Baqarah 283).

Allah Ta’ala berfirman lagi:

"Siapakah orang yang lebih baik ucapannya dari pada orang yang menyeru kepada Allah dan berbuat kebaikan?".
(Q.S. Fushilat 32).

Juga firmannya:

"Ajaklah mereka itu kejalan Tuhanmu dengan kebijaksanaan dan nasihat yang baik".

Dan firmannya pula:

"Dan mengajarkan kepada mereka itu kitab dan kebijaksanaan".
(Q.S. Baqarah 151).

Adapun hadits-hadits yang menerangkan perihal diatas itu diantaranya ialah sewaktu Rasulullah s.a.w. mengirimkan Mu’adz ke Yaman, lalu bersabda:

"Niscayalah andaikata Allah memberi hidayah seseorang sebagai hasil usahamu, maka hal itu adalah lebih baik bagimu dari pada seluruh dunia dan seisinya ini".

Diriwayatkan oleh Ahmad. Imam-Imam Buchari dan Muslim juga meriwayatkan hadits diatas, tetapi waktu itu beliau s.a.w. menyabdakannya kepada Ali r.a.

Rasulullah s.a.w. bersabda pula:

"Barangsiapa yang mengetahui sesuatu ilmu, kemudian menyembunyikannya (tidak suka mengajarkannya), maka oleh Allah ia akan diberi kendali pada hari kiamat nanti dengan kendali dari api neraka".
Diriwayatkan oleh Abu Dawud, Tirmidzi dan lain-lain.

Juga sabdanya:

"Sesungguhnya Allah Subhanahu wa T a’ala, juga malaikat serta para penghuni langit dan bumi, sampai-sampai semut yang didalam lubangnya dan ikan hiu yang ada di lautan, semuanya memohonkan rahmat bagi orang yang mengajarkan kebaikan pada orang banyak".
Diriwayatkan oleh Tirmidzi.

Beliau s.a.w. bersabda lagi:

"Apabila seseorang anak Adam (manusia) meninggal dunia, maka putuslah amalannya, melainkan dari tiga hal, yaitu sedekah yang mengalir (jariah), ilmu yang diambil manfa'atnya dan anak shalih yang mendo’akan untuknya".
Diriwayatkan oleh Muslim.

Sabdanya lagi:

"Pemberi petunjuk kepada kebaikan adalah sama dengan yang mengerjakannya (perihal pahalanya)".
Diriwayatkan oleh Tirmidzi.

Ada lagi sabdanya:

"Rahmat Allah bagi seluruh pengganti-penggantiku". Beliau s.a.w. ditanya: "Siapakah pengganti-pengganti Tuan itu?". Beliau s.a.w. lalu bersabda: "Mereka itu ialah orang-orang yang menghidupkan sunnahku dan mengajarkannya kepada hamba-hamba Allah".
Diriwayatkan oleh Ibnu Abdilbarr.

Perihal keterangan-keterangan dari para sahabat yang berhubungan dengan persoalan diatas, diantaranya ialah ucapan Mu’adz demikian:

"Belajarlah ilmu pengetahuan, sebab belajarnya itu dengan karena Allah merupakan tanda taqwa padaNya, mencarinya merupakan ibadat, menelaahnya sebagai bertasbih (memahasucikan Tuhan), menyelidiknya adalah sebagai jihad, mengajarkannya kepada orang yang belum mengetahuinya sebagai sedekah, menyampaikannya kepada ahlinya adalah kebaktian.

Ilmu pengetahuan adalah kawan diwaktu sendirian, sahabat diwaktu sunyi, penunjuk jalan kepada agama, pendorong ketabahan disaat dalam kekurangan dan kesukaran.

Allah meninggikan pangkat sesuatu kaum karena ilmu pengetahuan yang mereka miliki. Kemudian Allah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin, penghulu dan pembina-bing yang diikuti petunjuknya; mereka juga sebagai penunjuk kejalan kebaikan, sepak terjangnya dicontoh, kelakuannya ditiru dan diteladani.

Dengan ilmu pengetahuan pulalah seseorang hamba itu dapat mehduduki tempat orang-orang yang berbakti dan pangkat-pangkat yang tinggi.

Memikirkan ilmu adalah sama pahalanya dengan berpuasa, menelaahnya sama dengan bangun shalat malam. Dengan menggunakan ilmulah akan menjadi benar cara berbakti kepada Allah ’azza wa jalla, dengannya Allah dipuja dan disembah, dengannya pula Dia di maha Esakan dan diagung-agungkan, dengannya seseorang menjadi wara’ dan sangat taqwa, pada Allah, dengannya dieratkan tali persaudaraan dan dengannya dapat diketahuinya apa-apa yang halal dan yang haram.

Ilmu pengetahuan adalah pemimpin segala amalan dan amalan itu hanyalah sebagai pengikutnya belaka. Yang diilhami dan dikeruniai ilmu adalah benar-benar orang yang berbahagia dan yang terhalang atau tidak diberi ilmu adalah benar-benar celaka".

Alhasan rahimahullah berkata: "Andaikata tidak ada para alim ulama, pastilah manusia seluruhnya akan menjadi sebagai binatang".

Maksudnya ialah bahwa dengan sebab adanya pelajaran yang mereka berikan itu, lalu seluruh manusia dapat keluar dari batas pengertian kebinatangan dan memasuki batas kemanusiaan.

Halaman: 19 s/d 23